surat untuk ayah di MEKKAH


Bagaimana khabarnya yah? Sehat? Sudah 2 pekan kepergianmu ke tanah suci mekah, apa ibadahmu lancar-lancar saja? Semoga lancar dan tiada halangan! Apa kau merindukan sesuatu disini yah? Mungkin itu kebersamaan kita, atau ketika kita berdebat tentang suatu hal yang sebenarnya tak diperlukan? Aku juga sama.

Namun alasan sesungguhnya aku menulis ini adalah karena adik, iya… Syahlan, hari pertama kalian berangkat, dia menangis hingga pagi, mungkin mencari dimana ayah dan ibu yang dia cintai, yang selama ini ada disampingnya, aku tau yah, karena aku pernah mengalaminya juga, kalau tidak salah, waktu itu kami seumuran. Kau juga pasti mengingat tentang panti asuhan saat aku dititipkan? Umurku waktu itu hanya 3 tahun beberapa bulan, lebih muda daripada adik sekarang. Bedanya… Kalian hanya pergi selama ± 40 hari, sedangkan aku, 3 tahun dan beberapa minggu, waktu yang cukup lama bagi anak seusiaku untuk melupakan kalian, namun aku masih bisa mengenali karena beberapa saudara yang sering mengingatkanku,

Pertama kali… Ku kira ibu-bapa pengadopsi, ternyata saudara yang semata-mata tidak mau aku lupa bahwa aku juga punya kerabat dan orang tua, kau tau . . . Aku pernah lupa caranya diberi kasih sayang kalian, dipanti aku kesepian, siapa tidak, selama 3 tahun aku disana hanya berteman sepi dan pelukan kasih penjaga panti, beberapa tak menghangatkan, sepertinya pebuh kepalsuan, namun setidaknya ada yang membantuku menikam pilu.

Aku tidak mau membahas masa lalu yah, namun aku ingin menceritakan keadaan adik, dia sekarang mungkin terlihat biasa saja, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa hatinya sama, dia memang tak mencari dan menangisi kalian lagi, tapi dia sepertinya sudah tak seceria dulu, dia cenderung diam dan terkadang melamun sendirian, mental anak seusianya memang mudah merasakan hadirnya kasih sayang.

Malam tadi, aku mencoba menahan sembab air mataku, bukan sedih karena kalian tinggalkan, melainkan haru saat Syahlan tidur dikamar kalian sambil memeluk bantal guling kesayangannya yang mungkin dianggap layaknya kalian, dan ternyata… Maaf yah, aku sembab, sebagai abang, aku mencoba menutupi darinya, aku mencoba tidur disebelahnya dan mengelusnya hingga dia pulas, mungkin aku berhasil memberinya kasih sayang yang tak aku sadari, aku puas!

Tenang yah, aku bukan Suaizin yang dulu, aku kini lebih mencoba menjadi ayah dari kedua adikku, setidaknya sementara hingga kedatangan kalian, aku tau dulu aku sering menjahili mereka, terutama Ilmi, dia kini sudah mengerti bagaimana rasanya menjadi aku dulu, maka aku tidak mengkhawatirkan itu, dia menjadi gadis kecil yang tegar saat ini, bagiku itu wajar, karena bukan kali ini dia kalian tinggal.

posted from Bloggeroid

2 Komentar:

To-tallyshit at: 5 October 2012 at 20:22 said...

semoga Ayah nya selalu diberi kesehatan di tanah suci. salam kenal mas, salam blogger :)

Suaizin at: 6 October 2012 at 07:50 said...

Amin . . . Yup, salam kenal ya ^^

Post a Comment

Apa ada tambahan untuk ocehan kali ini?
Mari kita saling berbagi ^^

Search